Sabtu, 29 September 2012

Special Memories Of PS. Barito Putera



Era Galatama   Liga Galatama sebagai wahana bagi klub (unit bisnis) diharapkan akan dapat menggantikan fungsi perserikatan. Klub-klub yang berada di bawah ‘label’ Liga Galatama diharapkan akan tumbuh dan berkembang tak terbatas karena pendirian dan pembentukan klub dapat direalisasikan oleh setiap individu maupun kelompok seperti unit-unit bisnis umumnya di berbagai lapangan industri.
   Liga sepakbola Indonesia yang dalam hal ini Liga Galatama ini berlangsung secara kontinu hingga 13 musim (atau 15 tahun) yang berakhir pada tahun 1994. Namun dalam perjalanannya liga (semi)profesional ini tertatih-tatih. Alasannya, ketua komisi silih berganti (enam ketua), belum meresap sebagai profesi, jumlah penonton semakin menurun, publikasi kurang, sponsor minim dan keanggotaan sangat fluktuatif (Tempo, 1994). Juga karena pemain klub banyak yang masuk pelatnas jangka panjang (dan lama) yang berpotensi mengganggu jadwal pertandingan terkait dengan turnamen yang diikuti oleh PSSI. Alasan lainnya adanya isu suap yang terkait dengan pengaturan skor pertandingan yang menciderai fairplay.
    PS. BARITO PUTERA GALATAMA berlaga di 5 Musim Liga Sepak Bola Utama yaitu sejak musim 88/89, 90, 90/92, 92/93, dan musim 93/94.

Era LIGINA
   
Setelah melakukan evaluasi sepakbola Indonesia dan keinginan membangun Sepakbola yang lebih modern (internasional), maka melalui perencanaan dan pembahasan yang dilakukan berkali-kali oleh Pengurus PSSI termasuk mempersiapkan perangkat peraturan pendukungnya akhirnya diputuskan kompetisi Perserikatan yang sudah berusia 63 tahun dan kompetisi Liga Galatama yang telah bergulir selama 14 tahun (13 musim) disatukan menjadi kompetisi baru yang disebut Liga Indonesia (disingkat Ligina) dan dilaksanakan pada tahun 1994. Ligina ini merupakan terobosan strategis dalam pengorganisasian dan pembinaan sepakbola nasional melalui klub dan kompetisi yang berjalan secara reguler. Lauching kompetisi Ligina I (1994-1995) diadakan pada tanggal 27 November 1994 yang secara simbolik di Stadion Utama Senayan.
   Dalam perjalanannya di LIGINA, PS Barito Putera sempat menggebrak pada Liga Indonesia I musim 1994. Saat itu Barito Putera berhasil menembus babak 8 Besar lalu masuk ke Semifinal. Sayangnya PS. Barito Putera kalah 0-1 dari Persib Bandung. Peristiwa ini memang sangat mengecewakan supporter dan pecinta Barito Putera, namum kebanggan terhadap tim tetap terjaga sampai sekarang. bahkan kepulangan mereka dari Jakarta pada waktu itu disambut dengan lautan manusia berbaju merah (sesuai warna kaos tim mereka saat itu) yang menyemut dari bandara Syamsuddin Noor, banjarbaru hingga ke kota Banjarmasin.

Degragdasi ke Divisi I
 
Sebenarnya, Barito Putera cukup eksis bertahan di papan atas (8 Besar) divisi Utama pada jaman Liga Bank Mandiri. Prestasi fenomenal lain saat itu adalah seorang penyerangnya, Bakko Sadisso berhasil meraih sepatu emas / top skor Liga Indonesia pada tahun 2002. Sayangnya, selepas itu prestasi Barito Putera tiba-tiba menurun bahkan jatuh ke jurang degragdasi. Menurut kabar burung yang beredar, hal ini akibat terjadinya kesulitan finansial pada tim barito Putera ini, bukan hanya tim nya, tapi juga melanda perusahaan Hasnur Grup yang dimiliki sang owner, H. Sulaiman HB. Sempat diberitakan bubar ditahun-tahun kelam itu, namun kemudian sang manager, Hasnuryadi Sulaiman mengirim press release kepada media-media di Banjarmasin dan mengabarkan kalau Barito Putera masih ada, dan tidak bubar serta akan membangun tim baru untuk kembali berlaga dipercaturan sepakbola Indonesia.
   Liga Bank Mandiri edisi 2002/2003, Barito Putera ditangani oleh pelatih Rohanda. Pemain-pemainnya saat itu antara lain adalah Lourival Lima Filho atau yang akrap disapa Junior Lima, ditopang gelandang Novianto dan Bona Simanjuntak atau Nasrin Ambon serta kiper M. Anwar. di Akhir musim itu PS Barito Putera akhirnya harus meinggalkan kasta tertinggi Liga Indonesia dan terdegragdasi ke Divisi I

Degragdasi ke Divisi II
 
Ketidakberuntungan masih melanda Barito Putera pada musim berikutnya, Divisi I Liga Indonesia musim 2003/2004 PS Barito Putera harus terusir ke Divisi II. 3 Tim terbawah diisi oleh sesama Borneo, Mitra Kukar Dengan nilai 25 yang dihasilkan dari 22 pertandingan selama satu musim kompetisi. Mitra Kukar berada di posisi 10 dari 12 tim yang berlaga dalam kompetisi Divisi I Liga Indonesia Wilayah Timur. Sesuai dengan ketentuan dari PSSI, tiga tim peringkat bawah dari masing-masing wilayah harus terdegradasi ke Divisi II Liga Indonesia pada musim kompetisi mendatang, tak terkecuali Mitra Kukar yang berada di posisi 10.
   Selain Mitra Kukar, dua tim Wilayah Timur lainnya yang degradasi dari Divisi I Liga Indonesia adalah Barito Putra Banjarmasin yang menempati posisi 11 dan Perseman Manokwari yang menempati posisi juru kunci.

Juara Divisi II
  
Pada musim 2008/2009, PS Barito Putera berhasil keluar sebagai Juara Divisi II. (walaupun Kompetisi Divisi II musim 2008/2009 itu berkahir di 31 oktober 2008). Pada laga di Stadion 17 Mei Banjarmasin, Jumat (31/10), Barito menang 1-0 atas PSCS Cilacap. Alhasil, "Laskar Antasari" itu menjadi juara dan PSCS harus puas sebagai runner-up. Kedua tim memerakan permainan menyerang sejak peluit kick-off berbunyi. Tetapi petaka bagi tim tamu datang pada menit ke-16, ketika terjadi pelanggaran di dalam kotak penalti sehingga wasit memberikan hukuman tendangan penalti bagi tuan rumah.
    Andri Joko yang diberi kepercayaan sebagai eksekutor dengan sempurna menjalankan tugasnya. Pemain dengan nomor punggung 22 itu mampu memperdaya penjaga gawang PSCS, Samsul Arifin, dan skor menjadi 1-0 yang bertahan sampai pertandingan usai. Dengan hasil ini maka PS. Barito Putera berhak promosi dan berlaga di Divisi I Liga Indonesia musim 2009/2010.

Divisi I kembali
  
Pada musim 2009/2010 PS Barito Putera berlaga di Divisi I. Saat itu Barito Putera bersama 58 klub lain berlaga untuk memperebutkan tiket Promosi ke Divisi Utama. Di babak pertama Barito Putera lolos sebagai juara grup VII yang bertanding dengan sistem Home Tournamen di Stadion 17 Mei Banjarmasin, yaitu : Barito Putra (Banjarmasin) Persepam (Pamekasan) Persebi (Bima) Perst (Tabanan)
   Setelah itu Barito Putera lolos ke babak ke II yang kembali berlaga di Stadion 17 Mei Banjarmasin, saat itu terjadi Derby kalsel antara PS Barito Putera dan Persiko Kotabaru. Adapun tim yang bertanding di babak kedua Grup K adalah : Barito Putra (Banjarmasin) Persiko (Kotabaru) Persepar (Palangkaraya) Persikubar (Kutai Barat).
   Barito Putera pun lolos ke Babak 8 Besar yang bertanding di Stadion Mandala Krida Jogjakarta & Stadion Sultan Agung Bantul. Sayang Barito Putera kalah bersaing dan hanya menempati peringkat ke 3 di Grup N sehingga gagal masuk semifinal. Tim yang berlaga di Grup N saat itu adalah : Perseru (Serui) Persemalra (Tual) Barito Putra (Banjarmasin) Persikubar (Kutai Barat).
   Syukurnya, sukses menapaki 8 Besar Divisi I itu membawa Barito Putera lolos ke Divisi Utama pada musim berikutnya, Liga Ti-Phone 2010/2011

Divisi Utama
   
Tiket Promosi ke Divisi Utama 2010/2011 adalah saat yang sangat prestisius bagi klub kebanggaan urang banua. Salahuddin, mantan pemain Barito Putera berhasil membawa Barito Putera dari keterpurukan di Divisi II hingga kembali ke Divisi Utama. Namun hal yang berbeda adalah, Divisi Utama semenjak musim 2008/2009 adalah kasta kedua dibawah Indonesia Super League. Sehingga walau Barito kembali ke kasta Divisi Utama, masih ada 1 tangga lagi sebelum tim ini kembali ke kasta tertinggi seperti tahun 90an sampai 2000an.
   Musim pertama di Divisi Utama 2010/2011, saat itu Perusahaan ponsel, Ti-Phone yang jadi sponsor utama sehingga namanya menjadi Liga Ti-Phone. Barito Putera belum menggebrak dilaga kandang awal, Persiba Bantul berhasil menahan imbang PS. Barito Putera di stadion 17 Mei Banjarmasin 0-0. Saat itu barito belum diperkuat pemain asing. Selepas itu, seluruh laga kandang di Stadion 17 Mei Banjarmasin berhasil diamankan oleh anak asuh Salahuddin. Sayangnya, kondisi terbalik dilaga tandang, Barito tak pernah meraih poin penuh di kandang lawan. Hanya ada 1 poin yang bisa dicuri dari PSMP Mojokerto (walaupun hal itu harus dibayar mahal dengan kerusuhan yang terjadi), selebihnya harus pulang dengan tertunduk lesu tanpa poin.
   Barito Putera masih tertahan di Divisi Utama pada musim 2010/2011.
   Musim 2011/2012, kekacauan terjadi di tubuh PSSI. Ceritanya memang panjang, tapi pada intinya Barito Putera pun sempat mengalami kebingungan. PSSI menyatakan bahwa kompetisi akan direset dan klub akan di verifikasi ulang. Barito Putera sempat berada dijajaran nominasi Pro 1. Akhirnya PSSI menyatakan kasta tertinggi adalah Indonesian Premier League (IPL) dengan campuran klub ISL musim sebelumnya + promosi Divisi Utama + Degragdasi terbaik + Ex LPI + Titipan sponsor + tim bersejarah. Perseteruan dengan PT. Liga Indonesia pun akhirnya pecah dan akhirnya ada kompetisi kembar di Indonesia. Di kasta tertinggi ada IPL (dibawah PSSI & PT. LPIS) dan ISL (dibawah PT. LI).
  Perjalanan di Divisi Utama PT.LI Musim 2011/2012 bermula dibulan Januari 2012. Barito Putera harus menjalani di Tour Papua menghadapi tim-tim dari timur jauh Indonesia. Dan sangat mengejutkan sekali, 6 poin penuh diraih di awal laga. Hingga akhirnya barito putera lolos ke 8 besar sebagai juara Grup, walau grafik nya menurun di 8 besar namun akhirnya lolos ke semifinal dan bahkan akhirnya jadi juara.

Tidak ada komentar :

Posting Komentar