Kamis, 17 Januari 2013

Sugamo, oba-san no Harajuku


    Kalau Harajuku terkenal sebagai tempat nongkrong anak muda Tokyo, sedangkan Sugamo adalah tempat nongkrongnya oma-opa Tokyo. Ya daerah Sugamo di Tokyo, memang dikenal sebagai Harajuku untuk oma-opa (Harajuku for grannies/oba-san no Harajuku)
    Sugamo merupakan sisi lain dari kota Tokyo, yaitu disana terlihat Tokyo yang berbeda dibandingkan dengan yang selama ini dilihat di Shinjuku, Shibuya, ataupun Akhibara. Banyaknya orang-orang tua yang berkumpul di Sugamo menjadi ciri utama perbedaan tersebut.
     Di Sugamo terdapat sebuah jalan sepanjang 800 meter yang terletak di sebelah utara stasiun sugamo, yaitu Jizo-Dori. Pada zaman Edo (1603-1867), Jizo-Dori merupakan jalan utama yang menghubungkan Edo (Tokyo) dengan Kyoto. Kini Jizo-Dori dipenuhi oleh aneka ragam toko dan restoran. Sebagaimana Harajuku yang menyediakan berbagai perangkat fashion anak muda, Sugamo juga menyediakan berbagai keperluan fashion untuk orang tua.
      Banyaknya orang tua yang berbelanja menyebabkan kawasan di sekitar Sugamo dibuat ramah terhadap orang tua (old-people fiendly). Jalanan di Sugamo minim penghalang, seperti trotoar ataupun pembatas jalan. Hal itu guna memudahkan orang tua yang menggunakan kursi roda ataupun tongkat untuk melintas. Selain itu, guna memudahkan orang tua melihat, harga-harga di toko juga ditulis dengan karton dan huruf yang besar-besar.
      Mesin tiket di Stasiun Sugamo juga dibuat lebih rendah daripada biasanya. Aneka billboard dan iklan di Sugamo sebagian besar berisi produk-produk kesehatan ataupun makanan bagi orang tua. Sementara itu, toilet juga mudah ditemukan, mengingat orang tua sering memerlukan pergi ke belakang. Untuk keperluan darurat, terdapat banyak alat pacu jantung emergency portable yang digantung di sepanjang Jizo-Dori.
      Di tengah Jizo-Dori, ada sebuah kuil Buddha bernama Koganji. Kuil tersebut berdiri sejak awal abad ke-18 dan di yakini memiliki tuah untuk menyembuhkan penyakit. Konon ceritanya, dahulu ada wanita yang tidak sengaja menelan duri (jarum). Ia memakan kertas bergambar kuil itu dan sembuh. Sejak saat itu, Kuil Koganji ramai didatangi orang yang mencari penyembuhan dan penyelesaian "duri-duri kehidupan".
     Koganji juga dikenal dengan nama Togenuki Jizo. Kata toge berarti duri atau penyakit, sedangkan nuki berarti mencabut. Di Kuil Koganji banyak orang meminta didoakan oleh pendeta yang berdiri di depan kuil. Selain itu, banyak pula orang yang mengantre di depan satu patung dan bergiliran memandikan atau menyentuh bagian patung tersebut dengan harapan disembuhkan dari penyakit dan penderitaan.
       Di Jizo-Dori terdapat toko yang paling terkenal disana, namanya Maruji. Toko Maruji terkenal karena menjual celana dalam merah dan pakaian dalam wanita berwarna merah. Ya, celana dalam warna merah adalah ciri khas Sugamo. Orang tua di Jepang meyakini bahwa celana dalam merah dapat membawa kesehatan dan keselamatan. Celana dalam merah juga dianggap baik bagi peredaran darah. Rasanya hangat dan nyaman apabila digunakan untuk tidur.
     Konon, celana dalam merah di Sugamo bisa terjual ribuan dalam sehari. Saking banyaknya permintaan, Maruji sampai membuka tiga toko sepanjang Jizo-Dori tersebut.
     Setiap bulan, pada tanggal 4, 14, dan 24 adalah hari festival. Pada hari itu, Pasar Sugamo lebih ramai daripada biasanya. Selain orang-orang tua yang tumpah ruah, aneka jajanan, makanan tradisional dan barang-barang unik dapat ditemukan. Tanggal itu diyakini sebagai hari baik untuk penyembuhan dan mengangkat berbagai penderitaan.
    
Dikutip dari Buku SHOCKING JAPAN yang ditulis oleh Junanto Herdiawan

Tidak ada komentar :

Posting Komentar