Sabtu, 03 November 2012

Duet Terbaik Dalam Sejarah Sepakbola

Dari dahulu hingga sekarang, telah lahir banyak duet dalam sepakbola yang kombinasi dan kerjasamanya sanggup memukau jutaan pasang mata. Tidak jarang, sebuah tim bahkan bisa menampilkan soliditas, permainan luar biasa, ditakuti lawan, hingga memenangi berbagai kejuaraan berkat kontribusi duet maut di skuadnya. Dari sekian banyak duet yang sudah menjadi bagian dalam sejarah panjang persepakbolaan dunia, kami pilihkan beberapa yang paling terkenal.
*Urutan tidak menunjukkan peringkat*

1. Rui Costa dan Batistuta
Manuel Rui Costa dibekali teknik superior, visi brilian, serta dianggap salah satu playmaker terbaik dan merupakan simbol generasi emas Portugal. Sementara itu, Gabriel Batistuta adalah striker legendaris Argentina yang keberadaannya di atas lapangan sanggup menciptakan rasa gentar bagi para pemain bertahan lawan. Mereka menjadi pilar dan senjata terkuat Fiorentina di era 1990-an. Secara sederhana, Rui Costa lah yang merancang serangan, dan Batistuta yang menuntaskannya.

2. Xavi dan Iniesta
Duet pass master Xavi dan Andres Iniesta merupakan kombinasi sehati serta salah satu yang paling mematikan di dunia. Baik di level klub atau timnas, Barcelona atau Spanyol, dua orang ini sanggup membuat lawan putus asa dengan rentetan operan mereka. Di Euro 2012, saat melawan Republik Irlandia, Xavi memecahkan rekor operan dalam sejarah Piala Eropa: 136 (127 sukses, tingkat keberhasilan 94%). Rekor sebelumnya dipegang oleh Ronald Koeman dengan 117 ketika Belanda menghadapi Denmark di Euro 1992. Dalam laga tersebut, Xavi dan Iniesta melepaskan 229 operan, lebih banyak dari jumlah total operan 11 pemain Irlandia.

3. Gerrard dan Torres
Duo inilah yang sendirian nyaris membawa Liverpool ke puncak Premier League 2008/09. Keduanya mencetak total 30 gol liga untuk the Reds musim itu. Mereka bisa diibaratkan Rui Costa dan Batistuta di Fiorentina. Yang satu pendobrak, sedangkan yang lain penuntas serangan. Bedanya, rataan gol keduanya lebih berimbang, bahkan musim itu Gerrard mengukir lebih banyak gol daripada Torres, 16 berbanding 14. Sejak menyeberang ke Chelsea, Torres seolah kehilangan ketajaman. Banyak spekulasi berkembang, dan yang paling sering disebut adalah faktor tidak adanya tandem sehati seperti seorang Gerrard ketika dia masih berbaju merah.

4. Del Piero dan Trezeguet
Alessandro Del Piero dan David Trezeguet merupakan duet lini depan terbaik dalam sejarah panjang Juventus. Bersama, mereka mempersembahkan empat gelar Serie A untuk La Vecchia Signora, meski dua di antaranya dicabut setelah merebaknya Calciopoli. Keduanya bahkan tetap setia membela panji Juventus ketika diturunkan ke kasta kedua Italia akibat skandal tersebut. Pada musim 2007/08, Del Piero menjadi top scorer Serie A dengan torehan 21 gol, sedangkan Trezeguet di peringkat kedua dengan selisih satu bola.
5. Terry dan Carvalho
Duet bek tangguh yang berperan besar membantu Chelsea memenangi gelar liga pertamanya dalam 50 tahun pada 2005 silam. John Terry dan sang rekrutan baru Ricardo Carvalho saat itu sukses menciptakan benteng tangguh di lini pertahanan the Blues. Chelsea hanya kebobolan 15 gol sepanjang musim, dan itu merupakan yang paling sedikit sejak era Premier League.

6. Kaka dan Seedorf
Kaka dan Clarence Seedorf adalah salah satu duet gelandang serang terbaik yang pernah dimiliki AC Milan. Berkat kombinasi keduanya, Rossoneri sukses merajai Italia bahkan Eropa. Pada 2003, mereka membantu sang raksasa Italia merengkuh trofi Coppa Italia pertamanya dalam 26 tahun. Pada 2004, Scudetto juga berhasil digenggam. Pada 2007, Liga Champions pun mereka amankan.

7. Rooney dan Ronaldo
Wayne Rooney dan Cristiano Ronaldo merupakan salah satu kombinasi mesin gol paling menakutkan yang pernah dimiliki oleh Manchester United. Keduanya membantu Iblis Merah memenangi tiga gelar Premier League secara beruntun dari 2007 hingga 2009. Sebuah trofi Liga Champions juga mereka persembahkan setelah menaklukkan Chelsea di Moskow. Apa pun perselisihan di antara mereka ketika membela negara masing-masing di Piala Dunia 2006, sepertinya langsung dilupakan begitu kembali ke Old Trafford.
8. Ozil dan Ronaldo
Cristiano Ronaldo adalah pemain tercepat sepanjang sejarah yang mencetak 100 gol dalam balutan kostum Real Madrid. Sebagian besar lahir dari rentetan tendangan bebas, eksekusi penalti maupun sepakan jarak jauh, sedangkan separuhnya lagi tercipta berkat kontribusi dan dukungan luar biasa Mesut Ozil dari lini kedua. Pria Jerman pemilik nomor 10 Los Merengues itu bermain brilian sejak bergabung dengan pasukan Jose Mourinho pada 2010. Harus diakui, dialah salah satu kunci di balik ketajaman sang superstar Portugal.

9. Pirlo dan Gattuso
Duo Andrea Pirlo dan Gennaro Gattuso adalah pilar penopang kesuksesan AC Milan dari era 1990-an hingga milenium awal. Pirlo bersinar dengan perannya sebagai regista, sedangkan Gattuso menampilkan permainan penuh energi dan tanpa kompromi sebagai 'satelit' bagi rekannya itu di lapangan tengah. Bisa dibilang, tugas Gattuso adalah memastikan Pirlo 'aman' dari gangguan lawan dalam mengatur permainan timnya di setiap pertandingan. Kombinasi keduanya juga menjadi ruh dan penggerak mesin Azzurri selama lebih dari satu dekade terakhir.
10. Henry dan Bergkamp
Thierry Henry dan Dennis Bergkamp merupakan salah satu duet penyerang terbaik yang pernah ada. Keduanya sangat kompak ketika di Arsenal. Bergkamp adalah support striker papan atas, sedangkan Henry adalah seorang pencetak gol alami dari berbagai posisi. Tujuh tahun memperkuat the Gunners, mereka memenangkan dua titel Premier League dan tiga Piala FA.

11. Eto'o dan Milito
Duet mesin gol yang berperan besar dalam kesuksesan Inter Milan meraih treble bersejarah pada musim 2009/10 dengan memenangi Serie A, Coppa Italia dan Liga Champions. Saat itu, Inter menjadi tim ke-6 di Eropa dan pertama di Italia yang sanggup meraih tiga gelar bergengsi dalam satu musim. Pada musim tersebut, di semua kompetisi, Samuel Eto'o mencetak total 16 gol, sedangkan Diego Milito 30. Dari semua gol Milito, dua di antaranya dia ciptakan dalam partai penentuan juara Eropa melawan raksasa Jerman Bayern Munich di Santiago Bernabeu.
12. Voller dan Klinsmann
Jerman Barat menjuarai Piala Dunia 1990 dengan skuad yang luar biasa tangguh. Namun, kontribusi terbesar datang dari tiga sumber gol utamanya. Yang satu adalah Lothar Matthaus dari lini tengah, sedangkan dua yang lain merupakan duet predator di barisan terdepan. Rudi Voller dan Jurgen Klinsmann adalah mimpi buruk bagi para pemain bertahan. Total, keduanya mencetak enam gol di turnamen tersebut dan membantu Jerman Barat memuncaki Grup D dengan perbedaan gol yang sangat jauh jika dibadingkan tiga tim pesaingnya.

13. Raul dan Morientes
Bersama Raul, Fernando Morientes membentuk salah satu kombinasi predator paling mematikan dalam sejarah Real Madrid. Tujuh tahun di Santiago Bernabeu, dengan Raul sebagai partner sehatinya, Morientes membantu Los Merengues memenangi dua gelar La Liga, tiga titel Supercopa de Espana, tiga trofi Liga Champions, satu Piala Super Eropa, dan dua Piala Interkontinental. Duet ini bubar setelah Morientes hengkang ke Liverpool pada 2005. Raul sendiri tetap di Bernabeu sebelum akhirnya hijrah ke Jerman pada tahun 2010 silam.
14. Crespo dan Chiesa
Salah satu duet striker paling tajam di Italia pada era 1990-an. Kombinasi Hernan Crespo dan Enrico Chiesa di Parma sanggup menghasilkan rata-rata puluhan gol setiap musimnya. Crespo dan Chiesa membantu Gialloblu menyabet trofi Coppa Italia 1998/99 serta Supercoppa Italiana 1999. Dalam partai puncak Piala UEFA di Luzhniki Stadium, Moscow, pada tahun yang sama, keduanya mencetak masing-masing satu gol ke gawang Marseille ketika Parma menang tiga gol tanpa balas dan keluar sebagai juara.
15. Giggs dan Beckham
Selama periode 1995 sampai 2003, Manchester United memiliki salah satu tandem wide midfield terbaik di dunia. Dwight Yorke serta Andy Cole di lini depan United pun merajalela dengan gelontoran gol mereka berkat suplai crossing tanpa batas Giggs dan Beckham dari kiri maupun kanan. Beckham akhirnya meninggalkan Red Devils, sedangkan Giggs bertahan hingga sekarang dan menyandang status legenda di Old Trafford.

16. Sutton dan Shearer
Siapa yang bisa melupakan "SAS"? Chris Sutton dan Alan Shearer sukses melesatkan Blackburn ke puncak tertinggi Inggris berkat rentetan gol mereka. Perlawanan Aston Villa dan Manchester United pun mereka patahkan hingga pekan pamungkas. Beberapa tahun berselang, Shearer berduet dengan Teddy Sheringham di timnas Inggris. Beberapa meyakini mereka sebagai "SAS" kedua. Akan tetapi, kombinasi modifikasi itu tidak dapat menandingi versi aslinya.

17. Carlos dan Cafu
Roberto Carlos dan Cafu adalah satu dari sekian duet wing back terbaik yang pernah disaksikan publik sepakbola dunia. Dua legenda Brasil ini memiliki karier cemerlang di tingkat klub. Bersama-sama, mereka menjadi penguasa sektor sayap dalam setiap pertandingan Piala Dunia 2002 hingga akhirnya Samba menjadi juara dengan menundukkan Jerman di partai pamungkas. Carlos dan Cafu dikenal karena kecepatan serta kehebatannya dalam membantu serangan.

18. Gullit dan Van Basten
Duo Belanda Ruud Gullit dan Marco Van Basten identik dengan gelar juara sepanjang kariernya, baik di level klub maupun tim nasional. Bersama AC Milan, keduanya adalah ancaman nyata setiap lawan. Mereka membantu Rossoneri menjuarai European Cup secara beruntun pada 1989 dan 1990 dengan mengandaskan Steaua Bucharest serta Benfica. Bersama Belanda, kombinasi Gullit-Van Basten memberi titel Piala Eropa 1988. Di turnamen itu, Gullit hanya mengoleksi satu gol, tapi Van Basten tak terhentikan dengan lima golnya.

19. Ronaldinho dan Eto'o
Ronaldinho dan Samuel Eto'o adalah dua pemain yang berbeda tipe. Ronaldinho flamboyan dengan skill papan atas khas Samba, sedangkan Eto'o bersenjatakan speed, power dan penyelesaian akurat. Ketika disatukan di Barcelona, kombinasi mereka sungguh menakutkan. Dua gelar La Liga dan Supercopa de Espana serta sebuah titel Liga Champions disabet Blaugrana berkat peran besar keduanya.

20. Nesta dan Cannavaro
Tim nasional Italia selalu dibangun di atas barisan pertahanan yang tangguh dan tak mudah diruntuhkan. Duet Alessandro Nesta dan Fabio Cannavaro termasuk salah satu yang terbaik yang pernah dimiliki Azzurri. Mereka melakoni debut sebelum Piala Dunia 1998 di Prancis. Cannavaro masuk starting line-up Italia di turnamen tersebut, sedangkan Nesta hanya sebagai cadangan. Keduanya baru turun bersamaan dan menjadi kunci kembar Catenaccio Italia di Euro 2000, tetapi mereka gagal merebut gelar internasional pertamanya setelah takluk dari Zinedine Zidane dan kawan-kawan di partai final.

21. Puyol dan Pique
 
Selama era modern, Spanyol berulang kali gagal meraih prestasi maksimal di turnamen besar. Semua berubah di Euro 2008. La Furia Roja menjadi yang terbaik di Eropa. Dua tahun kemudian, nama mereka semakin berkibar dengan status Juara Dunia. Carles Puyol dan Gerard Pique memberi kontribusi besar dari jantung pertahanan. Sepanjang turnamen, Spanyol hanya satu kali kebobolan! Puyol bahkan mencetak gol tunggal kemenangan atas Jerman di semifinal. Barcelona pun sukses menyabet sederet trofi di ajang domestik maupun Eropa berkat duet Puyol-Pique di jantung pertahanan mereka. Melihat usia Puyol, sepertinya cepat atau lambat duet ini akan segera bubar. Jadi, jangan lewatkan setiap menit aksi mereka di atas lapangan selagi Anda bisa.

22. Garrincha dan Pele
Di Piala Dunia 1958, Brasil belum memiliki nama besar seperti sekarang. Saat itu, Selecao bahkan belum pernah menjadi juara dunia. Hadirlah Garrincha dan seorang bocah usia 17 tahun bernama Pele. Pasangan ini melakoni debut bersama di pertandingan ketiga melawan USSR. Keduanya tak mencetak gol di laga tersebut. Namun, itulah awal dari generasi emas Brasil. Gol Pele ke gawang Wales di perempat final, hat trick-nya melawan Prancis di semifinal dan double saat menundukkan Swedia di final mengantarkan Brasil merebut gelar Piala Dunia pertamanya. Empat tahun kemudian, Pele semakin matang. Garrincha finis sebagai top scorer, dan Brasil berdiri di puncak dunia untuk kali kedua.

23. Cole dan Yorke
Pada eranya, duet striker Andy Cole dan Dwight Yorke merupakan salah satu yang paling ditakuti di seantero Eropa. Pada musim 1998/99, Manchester United sukses meraih treble Premier League, Piala FA dan Liga Champions berkat dukungan duet ini. Cola serta Yorke tampil luar biasa dan menyumbangkan total 53 gol untuk United. Seolah dihubungkan dengan telepati, kombinasi umpan-umpan satu sentuhan dan assist mereka nyaris tak bisa dihentikan oleh lini pertahanan tim-tim lawan.

24. Zico dan Socrates
Pada Piala Dunia 1982, Brasil datang sebagai unggulan terkuat, dan status itu disematkan kepada mereka dengan sebuah alasan. Pasukan Tele Santana waktu itu dijejali sederet talenta hebat serta tak ada duet gelandang di turnamen tersebut yang skill-nya lebih superior jika dibandingkan duo maestro milik Samba, Zico dan Socrates. Brasil memang gagal melaju lebih jauh setelah ditekuk Italia 2-3 lewat hat trick Paolo Rossi, tapi assist Zico pada Socrates untuk gol pertama Brasil di laga itu sungguh merupakan hasil dari sebuah permainan kombinasi yang cemerlang.

25. Davids dan Zidane
Edgard Davids adalah gelandang tipe petarung yang memiliki kemampuan marking papan atas, sedangkan Zinedine Zidane jenius dan sensasional. Keduanya merupakan tulang punggung lini tengah dan inti serangan Juventus pada akhir era 1990-an. Kombinasi dua pemain ini berperan mengukuhkan status La Vecchia Signora sebagai raja di Italia pada musim 1997/98. Di musim yang sama, Juventus juga melangkah sampai partai puncak Liga Champions. Namun, mereka gagal menjadi raja Eropa setelah takluk oleh gol tunggal Predrag Mijatovic untuk Real Madrid dalam final di Amsterdam Arena.

26. Gudjohnsen dan Hasselbaink
'Fire and Ice' adalah julukan yang diberikan kepada duet ini selama bermain di Stamford Bridge. Di atas lapangan, Jimmy Floyd Hasselbaink selalu tampil penuh energi, sedangkan Eidur Gudjohnsen dikenal lebih tenang. Dua karakter bertolak belakang ini sukses menciptakan kombinasi mematikan di lini depan Chelsea. Pada musim 2001/02, duet Gudjohnsen-Hasselbaink mencetak total 52 gol (23 dan 29) dan membawa the Blues finis peringkat enam di Premier League, melangkah hingga semifinal Piala Liga serta menjadi runner-up Piala FA.

27. Beardsley dan Lineker
Salah satu duet striker terbaik yang pernah dimiliki tim nasional Inggris. Gary Lineker dan Peter Beardsley adalah pasangan hebat pada era 1980 dan 1990-an. Di Piala Dunia 1986, Three Lions mencetak total tujuh gol. Lineker menyumbang enam, sedangkan Beardsley satu. Duet ini juga berperan besar membawa Inggris ke semifinal Piala Dunia 1990, di mana mereka dikandaskan juara edisi tersebut, Jerman. Lineker menyebut Beardsley sebagai partner terbaik sepanjang kariernya.

28. Sheringham dan Klinsmann
Teddy Sheringham dan Jurgen Klinsmann memang hanya bersama selama satu musim (1994/95) di Tottenham, tapi itu adalah musim yang sangat luar biasa. Pertama kali menjejakkan kaki di Inggris, Klinsmann mencetak total 30 gol untuk Spurs dan sukses menyabet penghargaan FWA Footballer of the Year. Di musim yang sama, Sheringham mengoleksi 23. Menurut Klinsmann, Sheringham adalah striker paling inteligen yang pernah menjadi partnernya di atas lapangan.

29. Di Stefano dan Puskas
Alfredo di Stefano (tengah) adalah forward dengan power, stamina serta visi luar biasa dan dapat bermain nyaris di posisi apa saja. Sementara itu, Ferenc Puskas (dua dari kanan) adalah mesin gol pemenang empat Pichichi selama memperkuat Real Madrid. Kedua orang ini merupakan elemen penting dalam dominasi total Los Merengues selama periode 1950 hingga 1960-an. Di La Liga musim pertamanya, Puskas mengoleksi empat hat trick. Pada tahun 1963, Puskas mencetak dua hat trick ke gawang Barcelona, satu di Bernabeu dan satu di Camp Nou. Bersama dari 1958 sampai 1964, duet ini mengoleksi total 358 gol dan membantu Madrid memenangi tujuh trofi bergengsi.

30. Gerrard dan Alonso
Steven Gerrard dikenal sebagai gelandang eksplosif dan produktif, sementara Xabi Alonso adalah salah satu best passer di dunia. Keduanya sama-sama spesialis tendangan jarak jauh dan pernah membuat lini tengah Liverpool masuk jajaran yang terbaik di Inggris maupun Eropa. Ataturk Stadium, Istanbul, 2005, menjadi saksi kehebatan mereka. Dalam final Liga Champions melawan AC Milan, Liverpool sempat tertinggal tiga gol di babak pertama. Berkat keseimbangan yang diciptakan Alonso serta peran kunci dan tiupan semangat pantang menyerah sang kapten, Liverpool sukses bangkit dari kematian. Gerrard mencetak gol yang mengawali comeback Liverpool di babak kedua dan Alonso menyamakan kedudukan jadi 3-3. Pada edisi tersebut, The Reds keluar sebagai pemenang lewat adu penalti dan berhasil merengkuh trofi Liga Champions kelimanya.

Tidak ada komentar :

Posting Komentar